REPORTASEBALI.COM – Faisal Basri seorang ekonom nasional menyebut, sistem kelistrikan interkoneksi menjadi keniscayaan. “Dengan sistem ini antar daerah bisa saling backup ketersediaan listrik dan mencegah krisis energi yang ditimbulkan akibat pertumbuhan ekonomi,” jelas Faisal Basri.
Ia mengingatkan, rencana pembangunan Jawa Bali Crossing, secara teknis dapat dicarikan solusi yang paling efisien dengan tetap memperhatikan kearifan lokal. “Jangan sampai niat untuk menjamin ketersediaan dan ketangguhan energi Bali dimanfaatkan oleh sekelompok kepentingan atau pemburu rente,” ujarnya.
Ditambahkan Faisal, listrik menjadi produk publik yang pengadaannya harus dilakukan secara transparan.
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengatakan, persoalan listrik menjadi pengaduan yang banyak masuk ke YLKI. Penyebabnya, karena minimnya kapasitas pembangkit yang ada. Ditambah, belum tersedianya sistem jaringan listrik interkonesi.
Rencana pembangunan JBC, dikatakan Tulus, memiliki beberapa keuntungan seperti, dapat menurunkan biaya pokok penyediaan listrik, tidak banyak memakan lahan serta lebih ramah lingkungan, dibanding membangun pembangkit baru. Terlebih lagi, PLTU.
“Konsumen berhak mendapatkan pelayanan yang baik, mendapatkan listrik yang handal dan mendapatkan ganti rugi jika haknya sebagai pelanggan tidak terpenuhi,” kata Tulus.
Namun fakta yang terjadi tidaklah demikian. Konsumen masih banyak yang mengeluhkan pelayanan PLN, termasuk di Bali. Tulus membandingkan dari persoalan yang sama di negara lain. Listrik di luar negeri sudah bukan lagi sebagai materi aduan. Mengingat, infrastruktur kelistrikannya sudah tinggi.
Mengenai JBC, Tulus mengatakan, sistem interkoneksi akan memungkinkan Bali menjadi green island, mempermurah biaya penyediaan listrik maupun meniadakan keharusan penyediaan lahan.
“Jadi aneh sekali kalau menolak JBC tapi menerima PLTU,” ujar Tulus.
Jawa Bali Crossing menjadi agenda pemenuhan energi listrik Jawa-Bali. PLN memiliki rencana untuk membangun Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV untuk menjamin ketersediaan listrik di Bali. Transmisi JBC akan terbentang sepanjang 220 km dari Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, ke Antosari, Bali Selatan, dengan kemampuan pasokan daya listrik mencapai 2.000 megawatt.
(day)