Kisah Politisi Made Sudarta yang Berjuang Menggapai Cita-citanya

0
2059

REPORTASEBALI.COM – Garis hidup seseorang tak ada yang tahu. Namun, hanya dengan kerja keras dan pantang menyerahlah yang dapat merubah kehidupan seseorang. Hal itu juga dialami Ketua DPD Hanura Bali, Made Sudarta.
 
Perjalanan dan liku-liku hidupnya sejak kecil membuat sosok bapak dari 2 orang anak ini menjadi seperti sekarang. Made Sudarta adalah anak bungsu dari 5 bersaudara. Orangtuanya seorang petani dan terkadang menjual bumbu masak di pasar-pasar pada waktu itu.
 
Menurut Sudarta, tidak ada istilah manja dalam hidupnya. Sebagai anak paling bontot, ia tidak lantas mendapatkan perhatian khusus dari kedua orangtuanya. Justru, suami dari Gusti Agung Ayu Putri ini, terpacu untuk membantu kedua orangtuanya dengan mengangon bebek maupun mencangkul di sawah.
 
“Jika mengingat masa kecil ada rasa haru. Hidup susah tapi merasa dituntut dan Ibu sangat mendukung saya terus melanjutkan sekolah,” ujar Made Sudarta.
 
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, Sudarta kecil tak pernah lowong prestasi. Selama 6 tahun duduk di sekolah dasar selalu menempati peringkat tiga besar. Disitu, Sudarta kemudian melanjutkan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Mengwi, Kabupaten Badung.
 
Di bangku SMP, pelajaran ilmu pasti menjadi faforitnya dan selalu mendapat nilai bagus. Sementara sambil bersekolah, Sudarta juga tetap membantu orangtuanya di sawah dan memotong padi. Pergaulan pun semakin luas.
 
“Di SMP ada pergaulan yg namanya bermain tradisional, olahraga dengan bermain bola dan tenis meja,” kata Made Sudarta.
 
“Bahkan saya juga pernah menjadi buruh bangunan. Dari bayaran itu saya jadi traktir teman-teman,” tambahnya.
 
Lepas dari bangku SMP, Made Sudarta melanjutkan ke sekolah menengah atas di Tabanan. Pada saat kelas 2 SMA, dirinya sudah punya cita-cita harus keluar dari Bali demi melanjutkan pendidikannya.
 
Target itu dikejar. Dengan dukungan keluarga akhirnya Sudarta hijrah ke Jakarta. Ia hanya ingin kuliah yang memiliki ikatan Dinas. Namun akhirnya, ia menjatuhkan pilihan di Universitas Indonesia (UI) dan tes AKABRI.
 
Hanya saja, jika masuk Akabri harus menempuh pendidikan di Magelang, Jawa Tengah. Sedangkan di UI, ia mengikuti tes sampai tujuh kali di berbagai perguruan tinggi dan lolos di Jurusan Teknik Sipil. Sementara, tes AKABRI juga lolos.
 
“Tapi saya memilih UI. Di Jakarta pun untuk membiayai hidup, saya bekerja sebagai sopir angkutan umum,” jelasnya.
 
Tamat kuliah yang dirampungkan selama 6 tahun, Made Sudarta menjalani pekerjaan pertamanya sebagai profesional di bidang ilmu perekayasaan dan memiliki perusahaan konstruksi. (day)

Baca Juga :   Kasad Pastikan Rekontruksi Asrama Prajurit Dilakukan Secara Swakelola