REPORTASEBALI.COM – Penyuluh agama itu luar biasa, bukan biasa-biasa saja. Untuk itu, Kementerian Agama terus berupaya meningkatkan kualitas tidak hanya wawasan, kemampuan, juga kesejahteraan.
“Kita sedang berupaya serius, dan hal yang dilakukan. Pertama, meningkatkan honorarium. Itu tentu tidak seberapa jumlahnya karena umumnya manusia tidak cukup, ini yang kita perjuangkan, dan Komisi VIII DPR RI mendukung peningkatan honorarium dua kali lipat dari yang ada,” ujar Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat menyapa para penyuluh Kementerian Agama Yogyakarta di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga, Rabu (28/03).
Selain peningkatan honorarium, Kemenag akan menambah kuantitas atau jumlah Penyuluh Non PNS. Menurutnya, rasio jumlah penyuluh yang ada masih belum sebanding dengan jumlah penduduk dan umat beragama yang harus dilayani.
Kegiatan Menteri Agama Sapa Penyuluh Agama digelar interaktif dan cair, diselingi gurauan ringan. Dikemas lesehan, sejumlah penyuluh bertanya tentang bagaimana mensikapi maraknya hoaks, permasalahan pendirian tempat ibadah, dan keprihatinan seorang penyuluh yang melihat masyarakat lebih senang bermain smartphone saat kegiatan ceramah keagamaan, dan sejumlah curhatan lainnya yang disimak serta dicatat seksama oleh Menag.
Menjawab bagaimana mensikapi hoax, Menag menyampaikan, sebuah berita itu kaidahnya berpotensi mengandung sebuah kebenaran dan sebaliknya. Seluruhnya benar, atau sebagian benar, salah atau seluruhnya salah.
Oleh karenanya, ujar Menag, ketika menerima sebuah berita di media sosial, kita sendiri harus punya mekanisme melakukan analisis, apakah berita tersebut memenuhi dasar untuk diyakini kebenarannya, ada kemampuan analitik.
“Kita harus tahu beritanya apa, isi, tujuan, siapa yang buat. Ketika menerima berita, kita harus memiliki kemampuan menentukan apakah dengan berita yang diterima mendatangkan manfaat atau mudharat. Pertama kali pihak yang diminta konfirmasi adalah orang yang mengirim berita tersebut. Itu sekaligus mengedukasi si pengirim, agar lebih kritis. Bila ragu, jangan pernah menyebarkan berita hoax,” ujar Menag memberikan tips mensikapi hoax.
Dikatakannya, literasi media sosial kita masih rendah. Tidak ada yang mengajarkan kita bagaimana menganalisis sebuah berita.
“Mari kita menjadi orang yang kritis, apalagi penyuluh agama yang bertugas memberikan penerangan, kita adalah orang pilihan bukan orang awam. Negara mempercayakan kepada kita sebagai penyuluh. Kehormataan ini diberikan tidak hanya oleh negara, tapi oleh Tuhan,” katanya
“Saya ingin meyakinkan, kita ini adalah orang-orang istiwewa. Oleh karenanya, saya mengajak penyuluh agama untuk kritis, setidaknya jangan jadi awam dalam bersosial media,” lanjutnya.
Dalam kesempatan tersebut, dideklarasikan Penyuluh Anti Hoax, dilanjutkan dengan penandatanganan deklarasi oleh perwakilan penyuluh, Menag, dan Kakanwil Kemenag Yogyakarta.
Hadir, Asisten Keistimewaan Setda DI Yogyakarta Didik Purwadi, Kapolda Brigjen Ahmad Dhofiri, Dirjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin, Rektor UIN Yogyakarta Yudian Wahyudi, Staf Khusus Menag Hadirrahman, Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Mastuki, dan Kakanwil Kemenag Yogyakarta M. Lutfi Ahmad.(dyu)