REPORTASEBALI.COM – Puri Gerenceng Denpasar menggelar prosesi Ngajum sebagai bentuk pengabdian kepada orangtua yang sudah meninggal. Prosesi itu dilakukan setelah acara pengabenan.
Tokoh Puri Gerenceng AA. Ngurah Agung menjelaskan, upacara yang diadakan sebagai bagian dari pengantaran Atma atau roh 7
untuk bereinkarnasi menjadi Dewata.
“Banten yang kita siapkan akan dilarung di laut yang dibawa dengan berjalan dari Puri ke pantai Matahari Terbit di Sanur,” jelas AA. Ngurah Agung.
Calon DPRD Kota Denpasar nomer urut 4 ini menambahkan, secara umum, upacara yang dilaksanakan menjadi bakti anak kepada orangtua yang telah meninggal. Kegiatan itu dilaksanakan dalam prosesi paling cepat sebulan setelah pengabenan.
Banten sebagai sarana penting upakara disediakan cukup lengkap mulai banten yang terbuat dari daging hewan seperti babi dan beras ketan beraneka rupa. Selain itu, wadah Bade 9 tingkat ikut diarak dalam prosesi upaya larung.
Rangkaian upacara Ngajum sendiri diawali dengan upacara merah atau potong gigi. Kemudian disusul dengan mesakap kepasih atau doa yang digelar di pantai tempat melarung banten atau sesajian.
“Pelarungan atau pembuangan sesaji diadakan pada saat bulan mati atau penileman,” ujar AA. Ngurah Agung.
Prosesi tersebut termasuk dalam upacara besar yang membutuhkan biaya yang cukup besar pula. AA. Ngurah Agung menuturkan, total biaya yang dibutuhkan mencapai Rp 2 miliar selama sebulan penuh kegiatan.
“Untuk banten, kami memesan secara kolektif lengkap dengan kebutuhannya mencapai Rp 250 juta, termasuk kepala kerbau yang jadi salah satu syarat dalam upacara ini,” ujarnya demikian. (dyu)