Kinerja Industri Jasa Keuangan Bali-Nusra Stabil, Kredit Tembus Rp241 Triliun

0
71
Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu

REPORTASEBALI.ID – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali mencatat kinerja industri jasa keuangan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara masih stabil dan tumbuh positif hingga Agustus 2025. Fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan tingkat likuiditas dan permodalan yang kuat.

Kepala OJK Provinsi Bali, Kristrianti Puji Rahayu, mengatakan total penyaluran kredit di wilayah Bali dan Nusa Tenggara mencapai Rp241,52 triliun, atau tumbuh 6,89 persen secara tahunan (year on year/yoy). Meski sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (8,30 persen yoy), tren penyaluran kredit tetap menunjukkan arah positif.

“Kredit produktif masih mendominasi dengan porsi 57,84 persen, terdiri dari modal kerja 32,65 persen dan investasi 25,19 persen,” ujar Kristrianti dalam keterangannya, Senin (13/10/2025).

Ia menambahkan, kredit investasi mencatat kenaikan signifikan sebesar 27,22 persen yoy, mencerminkan meningkatnya kepercayaan terhadap prospek ekonomi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara.

Dari total penyaluran kredit, sekitar 41,61 persen disalurkan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pertumbuhan sektor ini tercatat naik 1,10 persen yoy, menandakan peran UMKM yang tetap vital dalam menopang perekonomian daerah.

Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan mencapai Rp297,25 triliun, meningkat 7,88 persen yoy. Peningkatan ini ditopang oleh pertumbuhan tabungan dan deposito masyarakat.

Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (Loan to Deposit Ratio/LDR) tercatat sebesar 81,25 persen, sedangkan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) masih terjaga di angka 3,12 persen, di bawah ambang batas 5 persen.

“Permodalan perbankan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara juga sangat kuat, dengan rasio kecukupan modal (CAR) untuk BPR di Bali mencapai 31,68 persen, NTB 46,38 persen, dan NTT 43,03 persen,” jelas Kristrianti.

Baca Juga :   OJK Raih Predikat Badan Publik Informatif Terbaik 2023

Pertumbuhan juga terlihat pada sektor pasar modal. Jumlah investor saham di Bali dan Nusa Tenggara mencapai 282.367 Single Investor Identification (SID) atau tumbuh 29,81 persen yoy. Nilai kepemilikan saham tercatat Rp9,16 triliun, dengan nilai transaksi mencapai Rp5,02 triliun.

Jumlah investor reksa dana naik 23,82 persen, sedangkan investor Surat Berharga Negara (SBN) meningkat 17,68 persen yoy.

Selain menjaga stabilitas sektor keuangan, OJK Bali juga memperkuat literasi dan inklusi keuangan masyarakat. Sepanjang 2025, tercatat 333 kegiatan edukasi keuangan telah dilakukan di berbagai kabupaten/kota di Bali dan Nusa Tenggara, menjangkau lebih dari 36.900 peserta secara langsung dan 311.500 orang melalui platform daring.

Kegiatan edukasi tersebut meliputi program GENCARKAN, pelatihan Training of Trainers (ToT) duta literasi, hingga kerja sama dengan universitas melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Literasi dan Inklusi Keuangan.

Selain itu, Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) di Bali dan Nusa Tenggara juga aktif menjalankan berbagai inisiatif. Hingga saat ini, tercatat 708 kegiatan telah digelar dengan hampir 58 ribu peserta, termasuk program Kredit Melawan Rentenir dan Satu Rekening Satu Pelajar (Kejar).

Dalam aspek perlindungan konsumen, OJK menerima 1.492 pengaduan sepanjang 2025. Sebanyak 669 pengaduan berasal dari sektor perbankan, 813 dari industri keuangan nonbank, dan 10 dari pasar modal.

Dari jumlah tersebut, 1.322 kasus telah diselesaikan, sementara sisanya masih dalam proses penyelesaian di lembaga jasa keuangan terkait.

Kristrianti menegaskan, pihaknya akan terus menjaga stabilitas sistem keuangan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara agar tetap tumbuh secara berkelanjutan.

“Kami ingin memastikan pertumbuhan sektor keuangan tetap inklusif dan sehat, dengan dukungan perbankan, lembaga keuangan, dan masyarakat,” katanya.

Baca Juga :   Kendaraan di Gerbang Tol Menumpuk, JBT Jelaskan Persoalannya