DENPASAR, REPORTASE BALI- Semangat dalam menavigasi penguatan ekosistem digital yang inklusif dan terintegrasi diwujudkan melalui kolaborasi Bank Indonesia dengan lembaga baik di tingkat pusat dan daerah, untuk mendukung Bali sebagai role model bagi digitalisasi yang inklusif di Indonesia. Hal ini mengemuka dalam acara Bali Digital Innovation Festival (BALIGIVATION) 2025, yang diinisiasi oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, sebagai wujud nyata akselerasi digitalisasi di Pulau Dewata.
Puncak acara yang berlangsung pada 10 November 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, dihadiri
oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Fillianingsih Hendarta; Asisten Gubernur Bank Indonesia, Dicky Kartikoyono; Deputi Bidang Kreativitas Digital dan Teknologi, Kementerian Ekonomi dan Kreatif, Muhammad Neil El Himam; serta Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja.
Pada puncak BALIGIVATION
diresmikan strategi dan inovasi untuk mengakselerasi digitalisasi di Bali, antara lain, pertama, Roadmap TP2DD se-Provinsi Bali Tahun 2026-2030. Kedua, peluncuran Program Starterpack Simcard & UE dalam rangka mendukung Bali Smart Tourism di Bandara Ngurah Rai. Ketiga, peluncuran Festival Pasar Rakyat Bali Go Digital. Keempat, Peluncuran QRIS Tap Mall di Mall Bali Galeria sebagai Mal S.I.A.P QRIS
Tap. Kelima, Awarding Ceremony perlombaan BALIGIVATION 2025 serta QJI Bali dan Balinusra.
Rangkaian kegiatan BALIGIVATION ini juga mencakup berbagai perlombaan yang diikuti berbagai pihak, seperti Semeton Banjar Digital (SANDI), Semeton Eling Digital, Cerdas Cermat Digital, Inovasi Digital, serta pitching “How Digital Are You?”.
Dalam keynote speech-nya, Fillianingsih Hendarta menyampaikan bahwa transformasi sistem pembayaran Indonesia dalam lima tahun terakhir mengalami lompatan besar. QRIS kini digunakan oleh lebih dari 58 juta pengguna dan 41 juta merchant hingga Triwulan III 2025, dengan nilai transaksi menembus Rp1,9 kuadriliun. Angka ini menegaskan bahwa sistem pembayaran digital di Indonesia telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan ekonomi nasional. Selain itu, sebagai destinasi wisata kelas dunia, Bali memiliki posisi strategis untuk menjadi role model digitalisasi di Indonesia.
Kemudahan transaksi menjadi bagian penting dari pengalaman wisatawan di Bali dan berbagai destinasi wisata lainnya di Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia bersama mitra strategis meluncurkan tiga inisiatif utama untuk memperkuat ekosistem pembayaran digital di sektor pariwisata. Pertama, Indonesia Tourist Travel Park, yang akan berisi SIM Card, UE Chipbased, dan panduan registrasi e-wallet (UE server-based). Kedua, Buku Pedoman QRIS Wisata Nusantara, yang berisi
rekomendasi destinasi wisata unggulan, aktivitas budaya, kuliner, dan pengalaman lokal autentik di berbagai wilayah Indonesia. Ketiga, Tourism Information Center sebagai One-Stop Service yang menyediakan layanan informasi, dan bantuan perjalanan. “Ketiga inisiatif ini ditujukan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang ramah wisatawan dan
semakin siap menuju ekosistem pariwisata yang cashless dan digital”, pungkas Filianingsih.
Gubernur Bali, diwakili oleh Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekda Provinsi Bali, Dr. drh. Luh Ayu Aryani, M.P, menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan BALIGIVATION. Kegiatan ini diharapkan menjadi ajang inspiratif untuk menciptakan inovasi demi Bali yang lebih baik, berdaulat, berdikari, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Sebagai upaya mewujudkan Bali sebagai Pulau Digital, Pemerintah Provinsi Bali menetapkan tiga arah kebijakan utama yaitu membangun kebijakan digital dari hulu ke hilir, memperluas infrastruktur digital hingga pelosok, dan meningkatkan pemanfaatan teknologi dalam pelayanan publik serta kehidupan masyarakat sehari-hari. “Festival ini menjadi wadah nyata untuk mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dengan kemajuan teknologi, mewujudkan Bali Pulau Digital yang terhubung, inklusif, dan berdaya saing tinggi berbasis teknologi dengan tetap berlandaskan nilai-nilai adat”, jelas Ayu.
Pernyataan tersebut juga sejalan dengan Muhammad Neil El Himam yang menyampaikan bahwa potensi ekonomi kreatif di Indonesia dan di Bali sangat besar dan perlu didukung oleh Transformasi Digital. Nilai pasar ekonomi kreatif Indonesia diproyeksikan mencapai sekitar USD 200 miliar pada tahun 2030, dengan dukungan lebih dari 143 juta pengguna media sosial. Ke depan, diperlukan penguatan kolaborasi dalam membangun ekosistem ekonomi kreatif yang berkelanjutan, sejalan dengan asta ekraf, yaitu delapan arah kebijakan utama pengembangan ekraf nasional. ”Hal ini menjadi kunci dalam mewujudkan ekosistem ekonomi kreatif yang inklusif dan berkelanjutan,” tutur Neil.
Pada kesempatan ini, Erwin Soeriadimadja juga menyampaikan semangatnya atas penyelenggaraan BALIGIVATION 2025. Pertumbuhan ekonomi Bali tercatat tinggi mencapai 5.88% yoy pada triwulan III 2025, menduduki peringkat ke-4 secara
nasional. Sektor pariwisata masih menjadi penggerak utama ekonomi Bali, seiring dengan tingginya kunjungan
wisatawan. Hal ini juga memperkuat besarnya potensi pariwisata di Bali untuk menyumbang devisa pariwisata hingga mencapai 64,29%. “Apa yang telah dicapai Bali dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat baik tidak lepas dari ekspansi digitalisasi di Provinsi Bali yang semakin masif. Digitalisasi di Bali telah menjadi mesin penggerak pertumbuhan, dan terlebih lagi turut mendorong kesejahteraan masyarakat,” tutur Erwin. Hal tersebut dapat digambarkan melalui 3
transmisi digitalisasi, yaitu inflasi yang terjaga, inklusi keuangan, serta akses pasar yang lebih luas. Kesemuanya ini dapat terwujud melalui 3C: commitment, collaboration, dan communication.




















