Aksi AMB-LH Dapat Apresiasi dari Peserta FSC General Assembly

0
380
peserta FSC General Assembly dari Brazil, Gabriel

REPORTASEBALI, NUSA DUA – Mahasiswa Bali yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Bali untuk Lingkungan Hidup (AMB-LH) melakukan aksi di Nusa Dua Bali. Mereka membagikan selebaran kepada peserta Forest Stewardship Council (FSC) General Assembly di Nusa Dua, Bali, Senin (10/10/2022) lalu.

Melalui selebaran itu AMB-LH mempertanyakan kredibilitas FSC dalam menjaga kelestarian hutan di dunia. Selain itu aliansi juga mengingatkan nasib lingkungan termasuk juga masyarakat adat yang telah banyak merasakan dampak negatif dari eksploitasi hutan.

Salah satu peserta FSC General Assembly dari Brazil, Gabriel, mengapresiasi kegiatan mahasiswa yang peduli dan berani dalam menyampaikan pendapatnya mengenai kredibilitas FSC sebagai lembaga pelindung hutan.

“Saya sangat mengapresiasi kepedulian para mahasiswa pada kelestarian hutan dengan mengekspresikannya lewat selebaran yang mereka sebarkan,” ungkap Gabriel di lokasi acara, Selasa (11/10/2022).

Namun, pada sisi lain ia berpendapat bahwa FSC sudah sangat menunjukkan kredibilitasnya sebagai lembaga pelindung hutan. Ia menyebut pertemuan FSC General Assembly juga banyak membuka topik diskusi anggota dari berbagai perwakilan di seluruh dunia.

“Saya pikir komitmen FSC sudah jelas dan bisa dilihat di pertemuan ini, dengan banyaknya anggota saling bertukar pengalaman,” imbuhnya.

Sementara itu, Lilian Laurin perwakilan dari Kongo Afrika Selatan mengungkapkan bahwa ia kurang menyetujui aksi AMB-LH. Menurutnya kredibilitas FSC dalam melindungi hutan sudah sangat terbukti.

“Di negara asal saya, Afrika Selatan, segala aktivitas penebangan hutan harus mendapat izin dari FSC dan hal tersebut sangat membantu keseimbangan alam,” tutur Lilian Laurin.

Pada hari Senin, 10 Oktober 2022 Aliansi Mahasiswa Bali untuk Lingkungan Hidup hadir di lokasi FSC General Assembly. Mereka membagikan selebaran yang berisi tentang sisi lain dari lembaga sertifikasi hutan tersebut.

Baca Juga :   Dosen FP Unwar Raih Hak Paten Dekomposer Jerami

Juru bicara AMB-LH, Ni Luh Putu Meriandani aliansi mempertanyakan komitmen FSC. Ia menyebut FSC telah bertindak inkonsisten.

Perempuan yang memiliki sapaan akrab Meri itu bersama aktivis lainnya mengamati ada perusahan yang mendapat sertifikat FSC, namun tidak jelas apakah mereka benar-benar mengelola hutannya secara berkelanjutan.

Hal tersebut menurutnya menjadi bukti adanya ketidakseriusan FSC menjaga komitmen. “Seharusnya FSC memperhatikan persoalan-persoalan tersebut, bukan hanya kampanye saja,” jelas Meri.

FSC mengklaim sebagai pengembang standar pengelolaan hutan berkelanjutan yang paling terpercaya di dunia dan pelopor asli sertifikasi hutan.

Sementara itu, misinya adalah untuk mempromosikan pengelolaan hutan dunia yang sesuai dengan kaidah lingkungan, bermanfaat secara sosial dan ekonomis.

“Kami melihat FSC melakukan asosiasi dengan perusahaan, lalu disasosiasi. Mungkin nanti berasosiasi kembali, dan kemudian mungkin berdisasosiasi kembali.”

Puluhan tahun praktek FSC membuat banyak aktivis lingkungan yang konsisten idealismenya pergi dari FSC. Contohnya FERN (2011), Friends of the Earth UK (2008), ROBINWOOD (2009), the Swedish Society for Nature Conservation (SSNC) (2011), Rainforest Rescue, dan Association for the Ecological Defence of Galicia (ADEGA).

Berkaitan dengan permasalahan konversi hutan alam, AMB-LH semakin menyangsikan apakah FSC memang mempedulikan hutan, atau lagi-lagi bisnis dan fulus yang menjadi prioritas lebih penting bagi FSC.

“Ketika Greenpeace Internasional masih menjadi anggota FSC, FSC sikapnya konsisten menolak konversi hutan dengan penuh ketegasan tanpa mau berkompromi dengan segala rupa usulan kompensasi,” terang Meri.

Ia menegaskan, secara prinsip organisasi yang bersertifikat harus menjaga dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta pekerjanya. Baik secara ekonomi dan penilaian lainnya melalui kesetaraan gender, kesehatan dan keamanan, juga upah yang sesuai.