Astra Temukan Wanita Buleleng yang Gigih Perjuangkan Pendidikan Gratis bagi Warga Desanya

0
513
DR. Komang Anik Sugiani, S.Pd., M. Pd bersama anak-anak di Yayasan Project Jyoti Bali

REPORTASEBALI, DENPASAR – Seorang wanita Bali asal Desa Mengening Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Bali. Ia bernama DR. Komang Anik Sugiani, S.Pd., M. Pd. Wanita bergelar S3 pendidikan ini memiliki hati yang teguh untuk mengubah mindset masyarakat setempat bahwa pendidik untuk anak perempuan tidak terlalu penting.

Sebab mereka beranggapan bahwa untuk apa menyekolahkan anak perempuan tinggi-tinggi tetapi toh dia nanti akan menikah dan diambil orang lain saat menikah. Rupanya pemahaman ini merasuk masuk terutama bagi warga Desa Mengening Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng, Bali.

Sugiani terpacu untuk mengubah pola pikir masyarakat ini. Dalam hatinya Ia berpikir bahwa ia harus melakukan sesuatu minimal untuk warga desanya sendiri. Dari sinilah muncul tekad dan niat yang tulus untuk memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak di desanya. Ia pun mulai mendirikan Yayasan Project Jyoti Bali. Cita-cita dan niat suci ini akhirnya terwujud dan banyak sekali anak-anak desa yang diberikan pendidikan gratis.

“Bagi saya pendidikan itu tonggak kehidupan. Bagaimana kita bisa berkontribusi untuk membantu masyarakat yang kurang mampu lewat pendidikan. Janganlah dulu berbuat untuk yang jauh-jauh untuk bangsa dan negara. Tetapi bagaimana kita berkontribusi bagi tetangga dan lingkungan sekitar kita terlebih dahulu,” ujarnya saat diwawancarai beberapa waktu lalu secara online.

Melalui Yayasan Project Jyoti Bali (YPJB), Sugiani mampu memutus mata rantai ketidakmampuan orang tua untuk menyekolahkan anak di desanya. Waktu itu banyak sekali anak-anak di desanya yang putus sekolah karena perekonomian warga setempat yang kebanyakan hanya berprofesi sebagai penyekap atau petani penggarap.

Kegiatan di Taman Pintar Yayasan Project Jyoti Bali

Karena kondisi ekonomi ini akhirnya berdampak ke sektor pendidikan bagi generasi muda Desa Mengening. Tidak banyak warga Desa Mengening yang mengenyam pendidikan tinggi dan kalaupun ada maka akan berujung kepada putus sekolah.

Baca Juga :   IMO-Indonesia Gelar Syukuran HUT Ke-1

Sugiani menjelaskan bahwa Desa Mengening merupakan desa yang mekar dari Desa Tajun pada tahun 2005. Desa ini merupakan atau dikenal dengan penghasil cengkeh. Namun ketika mekar menjadi Desa Mengening, hanya segelintir warga yang memiliki kebun cengkeh.

Sugiani dengan kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan melanjutkan pendidikan S1 Teknologi Pendidikan di Universitas Pendidikan Ganeksa Buleleng. Kemudian melanjutkan ke jenjang S2 Teknologi Pembelajaran di kampus yang sama dan S3 Teknologi Pembelajaran di Universitas Negeri Malang.

“Saya yakin teknologi akan terus berkembang. Demikian juga dengan sistem pembelajaran. Seiring dengan perkembangan zaman, Prodi yang saya pilih sangat linear dengan kebutuhan sekarang. Saat pandemi covid-19 terjadi, teknologi pembelajaran ini sangat terpakai. Saya pun merasakan dan terlibat langsung dalam penerapan teknologi pembelajaran. Saya juga membuat model pembelajaran BALII (belajar aktif, literatif, interaktif dan inovatif). Hal inilah yang saya terapkan di yayasan dan kontribusikan bagi masyarakat. Untuk apa pendidikan tinggi kalau hanya untuk memperkaya diri sendiri,” ujarnya.

Setelah yayasan yang dipimpinnya memberikan pendidikan gratis bagi warga desanya, maka banyak sekali anak-anak yang akhirnya mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Mereka datang ke sekolah selain mendapatkan pengetahuan juga diajarkan tentang bagaimana peduli lingkungan sejak dini. Salah satunya adalah dengan mengumpulkan sampah. Jadi mereka membayar uang sekolah dengan cara mengumpulkan sampah.

Bisa juga sampah yang dikumpulkan di lingkungan sekolah tetapi bisa juga sampah yang dikumpulkan di lingkungan masyarakat dan sekitarnya. Sampah yang dikumpulkan terutama sampah plastik dipilah menjadi ecobrik dan bantal. Sementara untuk kardus-kardus bekas dibawa ke bank sampah. Sebab selain mendapatkan uang tunai bisa ditukar juga dengan alat sekolah atau sembako yang disiapkan di sekolah.

Baca Juga :   Hadiri Coffee Morning “Peran KPPBC TMP A”, Cok Ace Harap Produksi Lokal Miliki Perlindungan

Saat ini ada sekitar 120 anak yang tercatat di yayasan dan yang aktif sebanyak 74 orang. Dari jumlah ini sebanyak 54 anak adalah anak yang kurang mampu dari 3 desa. Mereka dari awal masuk sangat malu-malu untuk berinteraksi dan kemudian diajarkan etika sehingga mereka bisa bergaul dengan baik. Setelah sekian lama berjalan maka yayasan ini dikenal luas baik oleh masyarakat Desa Mengening maupun masyarakat yang ada di desa-desa sekitarnya. Orang tua murid mulai terlibat secara langsung. Bahkan orang tua murid setia mengantar dan menjemput anaknya setiap hari.

Selain mata pelajaran yang diajarkan ada beberapa materi tambahan yang diajarkan. Beberapa di antaranya adalah Senin pelajaran menari, Selasa yoga Rabu go green and clean, Kamis dan Jumat karate atau inkai dan Sabtu adalah budaya. Mereka juga mendirikan bank sampah yang diberi nama Sahabat Jyoti.

Atas prestasi dan pengabdian yang tulus ini, Komang Anik Sugiani dinobatkan sebagai penerima apresiasi Astra tingkat provinsi pada tahun 2021 atas inovasinya dalam Agent of Change Pembelajaran Gratis untuk Anak Pedesaan. Selain itu ada juga penghargaan peringatan Hari Kartini sebagai Wanita Berprestasi dan Berjasa Bidang Lingkungan Hidup dari Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Tahun 2022.

Dari semua penghargaan ini hanya Astra yang akhirnya bisa menggelontorkan bantuan CSR atau sebagai sponsor dan kerjasama dengan komunitas dan yayasan lainnya. Salah satunya adalah Yayasan Relawan Bali yang sering membantu pendidikan anak gratis.