Pameran Seni Rupa Bertajuk ROOTS Digelar dalam Memperingati 100 Tahun Walter Spies di Ubud Bali

0
48

DENPASAR, REPORTASE BALI- Pameran seni rupa bertaraf internasional akan digelar di Museum Arma Ubud Bali. Pameran bertajuk ROOTS tersebut akan digelar sejak 24 Mei – 14 Juni 2025. Pameran ini akan mendapat kejutan pemeran seni rupa bertaraf dunia yang mengangkat tema 100 Tahun Walter Spies di Bali. Pameran Roots ini adalah kelanjutan dari pameran yang telah dibuat sebelumnya yakni bulan Agustus sampai November tahun lalu di Basel Swiss.

Kulturstiftung Basel H. Geiger, dengan bangga meyampaikan bahwa, setelah dipresentasikan di Basel, beberapa bagian dari pameran ROOTS juga akan ditampilkan di Bali. Di balik proyek seni yang sangat luar biasa ini ternyata ada sosok penting yakni seorang penulis, pembuat film, dan kurator ternama Michael Schindhelm.

“Pameran ROOTS adalah pameran yang berpusat pada pembicaraan dari sosok seniman Jerman kelahiran Rusia Walter Spies (1895 – 1942), dimana pengaruhnya terhadap lansekap budaya Bali masih terasa hingga kini. Warisan Spies sangat terkait erat dengan narasi kontemporer Bali, dan pameran ROOTS memiliki tujuan untuk menunjukkan pengaruh Spies yang mendalam, sambil menjelajahi warisan pascakolonial pulau ini selama seabad terakhir,” ujarnya, Rabu (23/4/2025).

Di jantung presentasi ROOTS terdapat Villa Iseh, yakni tempat peristirahatan yang dibangun oleh Spies pada tahun 1937 di Iseh, Karangasem. Villa ini awalnya merupakan tempat perlindungan bagi Spies, tempat ini kemudian menjadi tujuan untuk disinggahi dan tinggal dalam sementara waktu bagi orang-orang kaya dan terkenal, termasuk David Bowie, Yoko Ono, dan Mick Jagger. Pameran ini juga akan membahas tema-tema tentang pariwisata massal, degradasi lingkungan, dan interaksi yang kompleks tentang identitas budaya di Bali.

Sorotan pameran meliputi karya pelukis Made Bayak dan seniman grafis Gus Dark. Kedua seniman ini mengeksplorasi perjuangan masyarakat Bali untuk melestarikan identitas budaya di tengah tantangan kontemporer. Bersama dengan serangkaian kemasan film dan instalasi, mereka akan menyajikan momen-momen penting dalam sejarah Bali, termasuk genosida tahun 1965.

Baca Juga :    Festival Nusa Penida Akan Kembali Digelar Pada 5-8 Oktober 2019 Mendatang

Cuplikan dari film dokumenter fiksi ROOTS karya Michael Schindhelm akan menyertai pameran ini. Film ini menampilkan Walter Spies sebagai sosok yang menghantui lansekap modern Bali. Melalui pertemuan dengan seniman dan tokoh terkemuka Bali, hantu Spies bergulat dengan warisan budaya Bali sendiri dan adanya dampak abadi peradaban barat di pulau ini. Pengunjung akan diundang untuk menemaninya dalam perjalanannya melintasi pulau saat ini, 99 tahun setelah kunjungan pertama sang pelukis.

ROOTS menghormati warisan Spies yang penuh teka-teki, merangkai kisahnya ke dalam narasi kontemporer Bali, dan mengeksplorasi kompleksitas adanya pertukaran budaya. Melalui kehadiran penari Dewa Ayu Eka Putri, musisi Putu Tangkas Adi Hiranmayena, dan kolaborator seniman Bali lainnya, termasuk koreografer terkenal berkelas internasional Wayan Dibia, pendiri dan pemilik Museum Arma, Agung Rai, serta banyak lainnya, semangat Spies benar-benar akan bangkit kehadirannya dalam pameran ini.

Pada tahun 1923, Walter Spies memulai perjalanan dari Eropa ke daerah tropis untuk mencari adanya dunia baru dan inspirasi artistik. Meskipun pengaruhnya yang signifikan sebagai seniman, namun kisahnya sebagian besar telah memudar dari kesadaran barat. Lahir di Moskow pada tahun 1895 dan meninggal secara tragis di laut lepas Sumatra pada tahun 1942, warisan Spies tetap berpengaruh abadi di Bali seabad setelah kedatangannya. Keberadaan Spies juga telah dianggap oleh masyarakat Bali sebagai pelopor modernisme di pulau yang menjunjung warisan budaya luhur. Spies mengalami transformasi artistik yang mendalam di bawah pengaruh seni Bali yang meresap pada dirinya.

Meskipun pernah menggelar pameran di Berlin dan Dresden serta menjalin persahabatan dengan seniman ternama mulai dari Oskar Kokoschka dan Otto Dix hingga Friedrich Murnau, Margaret Mead, dan Charlie Chaplin, reputasi Spies di tanah kelahirannya tidak seberapa dibandingkan dengan statusnya yang disegani di Bali.

Baca Juga :   Gubernur Koster: Pecalang, Babinsa dan Bhabinkamtibmas Harus Kerja Sama Jaga Desa Adat se-Bali, Maksimalkan Sipandu Beradat

Menurut penulis dan pembuat film dokumenter karya Walter Spies, Michael Schindhelm, pameran dalam rangka 100 tahun Walter Spies di Bali ini adalah proyek memori besar dan kolektif tentang Bali. “Pameran Roots dan dokumenter yang berjudul sama, harus dipahami sebagai proyek memori kolektif dalam membahas aspek penting sejarah pascakolonial Bali, pengaruh budaya modern barat terhadap tradisi budaya Bali. Sejarah Walter Spies yang penuh gejolak di Pulau Bali dan dampaknya terhadap transformasi Bali, selanjutnya berkembang menjadi destinasi wisata global dapat dipahami sebagai ‘warisan bersama,” ujarnya.

Kehadiran ROOTS dengan para tokoh utama budaya Bali saat ini, berupaya menempatkan warisan yang ditinggalkan Walter Spies dalam konteks sejarahnya dan sekaligus memahami signifikansinya terhadap perkembangan Bali saat ini.

Film dokumenter fiksi ROOTS karya Michael Schindhelm akan ditayangkan di berbagai lokasi di Bali, antara tanggal 21 Mei sampai 14 Juni. Film ini akan ditutup dengan pemutaran secara khusus dan serangkaian kegiatan seremonial dalam pemberian penghargaan bagi pelajar yang memenangkan kompetisi mengulas film, yang akan diselenggarakan pada tanggal 14 Juni di Museum Arma.