Yayasan Jati Nusa Lestari dan Philo Art Space Kolaborasi Gelar Pameran Liana Reverie: Vivid Colours

0
379

TABANAN, REPORTASE BALI- Yayasan Jati Nusa Lestari dan Art Space menggelar pameran seni bertajuk Liana Reverie: Vivid Colours. Pameran lukisan yang menghubungkan Seni, Alam, dan Kesadaran Lingkungan digelar dalam rangka menyambut Hari Pohon Sedunia yang jatuh pada Jumat (21/11/2025). Pameran digelar di Nuanu Creative City, Tabanan Bali, Sabtu (22/11/2025). Pameran “Liana Reverie: Vivid Colours” menampilkan karya dari 11 seniman terkenal yakni Anthok S, Holy, I Ketut Putrayasa, I Nyoman Sujana Kenyem, Irena Adre Isabella, Made Gunawan, Moelyoto, Ni Komang Atmi Kristiadewi, Ni Wayan Sutariyani, Tatang B.Sp, dan Tommy F. Awuy, dengan pendekatan visual dan konseptual yang beragam. Setiap karya mengangkat tema hubungan antara manusia, alam, warna, dan kehidupan. Karya-karya tersebut menjadi bentuk refleksi visual atas kesadaran ekologis dan ajakan untuk menjaga bumi dengan penuh tanggung jawab. Pameran lukisan sudah dibuka pada 8-21 November 2025. Pameran dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan I Made Subagia.

Anggota Dewan Penasihat Yayasan Jati Nusa Lestari sekaligus pendiri Philo Art Space,kesempatan ini, Prof. Tommy F. Awuy menghadirkan dua karya berjudul Melasti, salah satunya Melasti #15 yang berisikan tentang Hutan Jati Uluwatu. Menurutnya, pameran ini merupakan kolaborasi dan kerjasama antara Yayasan Jati Nusa Lestari dengan Philo Art Space. “Kolaborasi ini lahir dari keyakinan bahwa seni mampu berperan sebagai media untuk membangun kesadaran sosial dan lingkungan. Melalui karya-karya yang ditampilkan, para seniman mengajak masyarakat untuk melihat kembali keterkaitan manusia dengan lingkungan hidup yang menopang keberadaannya,” ujarnya.

Ia menjelaskan, penghijauan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan kualitas hidup manusia. Lebih dari sekadar kegiatan menanam pohon, penghijauan merupakan upaya untuk memperbaiki hubungan manusia dengan alam serta menumbuhkan kembali kesadaran akan pentingnya keseimbangan hidup. Di tengah perubahan iklim dan tekanan lingkungan yang semakin nyata, kolaborasi lintas bidang menjadi salah satu langkah penting dalam mendorong perubahan positif. “Momentum Hari Pohon Sedunia kami rayakan sebagai ajakan bersama, menanam, merawat, dan menjaga. Pohon tidak hanya menyerap karbon, tetapi juga menyimpan memori ekologis, menautkan air, tanah, dan keanekaragaman hayati. Melalui pameran ini, kami mengundang publik untuk memperluas makna “menanam”: menumbuhkan empati, menegakkan tanggung jawab, dan menanamkan kebiasaan kecil yang berdampak panjang bagi bumi. Kunjungan Anda ke pameran adalah bagian dari gerak kolektif tersebut,” ujarnya.

Baca Juga :   Bantu Ekonomi Pengungsi, OJK dan Himbara Salurkan Rp 1 Milyar

Berangkat dari semangat tersebut, Yayasan Jati Nusa Lestari hadir sebagai lembaga yang berkomitmen pada pelestarian lingkungan dan pemberdayaan komunitas. Dengan visi “jati diri yang menyatu dengan alam”, yayasan ini mendorong kesadaran ekologis melalui berbagai inisiatif yang menggabungkan aspek sosial, budaya, dan seni. Sebagian hasil dari pameran ini akan dialokasikan untuk mendukung program penghijauan Yayasan Jati Nusa Lestari yang berfokus pada penanaman pohon, pelestarian kawasan hijau, serta pemberdayaan masyarakat lokal agar turut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dengan demikian, kegiatan seni ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi artistik, tetapi juga langkah konkret dalam mendukung keberlanjutan alam.

Seni sebagai Gerakan Ekologis dan Spiritualitas

Melalui warna-warna yang tajam dan medium alami, karya-karya ini menjadi refleksi visual akan pentingnya menjaga harmoni ekologis dan spiritual. Judul “Liana Reverie” merujuk pada tanaman merambat tropis liana, yang dalam konteks pameran menjadi simbol keterhubungan dalam ekosistem. Seperti liana yang menyatukan pepohonan di hutan, pameran ini menghadirkan kisah keterjalinan antara manusia, alam, dan suatu tempat.

Jati: Simbol Spiritualitas dan Ketahanan

Melalui karya tersebut, Prof. Tommy mengeksplorasi spiritualitas ritual Melasti Bali, sebuah proses penyucian diri, pikiran, dan jiwa, sekaligus menyoroti lanskap hutan jati sebagai ruang kontemplasi dan pemulihan batin. Jati dipilih bukan semata karena ketahanan kayunya, tetapi karena makna filosofisnya, pohon yang tumbuh perlahan, berakar dalam, dan memberi manfaat lintas generasi.
“Seni dan alam memiliki hubungan yang sangat dekat. Keduanya mengajarkan tentang keseimbangan dan kesadaran. Melalui pameran ini, kami ingin menegaskan bahwa menjaga alam adalah bagian dari menjaga kemanusiaan itu sendiri. Seni dapat menjadi ruang refleksi dan jembatan yang membantu kita memahami kembali makna keterhubungan dengan alam dan kehidupan,” ujar Prof. Tommy.

Baca Juga :   Kodam IX/Udayana Terima CSR dari Bank Mandiri

Sementara itu, Tony Billiton, selaku Ketua Dewan Penasihat Yayasan Jati Nusa Lestari, menyampaikan bahwa kolaborasi ini mencerminkan semangat bersama untuk menjadikan seni sebagai bagian dari gerakan lingkungan. “Kami percaya bahwa pelestarian lingkungan tidak hanya bergantung pada aksi lapangan, tetapi juga pada cara kita membangun kesadaran publik. Melalui seni, pesan tentang keberlanjutan dapat disampaikan dengan cara yang menyentuh dan inspiratif. Kolaborasi seperti ini menjadi bukti bahwa kreativitas dapat berjalan seiring dengan tanggung jawab sosial dan ekologis,” ujarnya.

Pameran “Liana Reverie: Vivid Colours” bukan hanya kegiatan seni, tetapi juga gerakan yang mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya menjaga keberlanjutan bumi. Melalui dialog antara seni dan alam, Yayasan Jati Nusa Lestari berharap kolaborasi ini dapat menumbuhkan empati, kepedulian, serta semangat untuk bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.