Paguyuban Widya Swara Menyelenggarakan Upacara Megedong-gedongan, Warak kruron, Ngelangkir, Ngelungah Massal Dengan Biaya Murah

0
1686

REPORTASEBALI.COM – Paguyuban Widya Swara kembali menyelenggarakan upacara megedong-gedongan, warak kruron, ngelangkir, ngelungah massal dengan biaya murah Rp. 450,000 per peserta di Griya Manik Gede Jati, jalan Dangin Uma, Kepaon, Denpasar hari Minggu 14/10/2018.
 
Jero Mangku Dharma Wisesa sebagi ketua panitia pelaksana mengatakan Paguyuban Widya Swara konsen meringankan beban umat dalam berbagai upacara keagamaan dan tradisi yang terlupakan akan berat bila dilakukan perorangan.
Widya Swara menerima semua masukan dari masyarakat apabila berat dalam pelaksanaan upacara upakara.
 
Warak Kruron istilahnya keguguran harus diupacarai karna banyak masyarakat memandang sepele. Upacara ini bertujuan menghilangkan leteh maupun sebel dibersihkan dengan upacara.
 
Untuk megedong-gedongan lima bulan kalender juga diproses dengan uoacara tujuanya menguatkan cabang bayi karena lima bulan itu sudah berbentuk utuh manusia, menguatkan sad rasa menjadi manusia berbudi luhur. Pada saat ini suami harus mebrata menjaga emosi dan perkataan serta menjaga cinta kasih kepada istri yang mengandung.
 
Sedang upacara ngelungah prosesnya sama dengan ngelangkir ada penebusan di perempatan agung lanjut ke segara (laut) sebagai peleburan. Prosenya dari warak kruron, ngelangkir, ngelungah, megedong-gedongan terakhir setelah bersih ada pewintenan…jelas Jero Mangku Dharma Wisesa.
 
Sementara Ide Pedande Mpu Yogi Swara dari Griya Manik Gede Uma Jati menjelaskan Warak Kruron yang berupa darah sudah ada unsur benih cikal bakal bayi yang akan lahir kedunia. Maksud tujuan upacara ini mengembalikan kepada sang numadi agar paripurna dihanyutkan kelaut karena laut merupakan sumber pengembalian.
 
Semestinya orang karena mendapatkan perayasita dan pembersihan itu sesayut, tebasan, nganyudang kelare mekakasan pengenteg bayu atma rauh dan dirgayusa agar paripurna Sang Hyang Atma ring angga sarira kelawan pawintenan …ucapnya.
 
Kalau ngelangkir sifatnya wajib mepiuning ke Mraja Pati dan Betare Hyang Guru.
Pertama ke Hyang Guru lanjut ke Praja Pati baru mapiuning ke pempatan agung baru ke setra gandamayu bebajangan. Ngelangkir harus nguningyang di ibu pertiwi agar disatukan dengan sang Panca Maha Buta dilakukan Tirta penglukatan dari kemulan , praja pati, dan tirta pemegat rare sebelum mendapatkan tirta penglukatan wajib menghaturkan punjungan, sambutan ke ibu pertiwi.
 
Selesai itu baru ngelukat sang numadi baik dengan penglukatan rare dan tirta pembersihan baru tirta Praja Pati, tirta pengentas rare baru megeseng di sesenden menjadi abu dimasukan ke bungkak kelapa gading bekas tirta pemegat rare lalu dibungkus kain kasa di kuburan.
 
Proses ngelungah sama dengan ngelangkir mepiuning di kemulan, praja pati dan kayangan tiga. Bila ada yang ngaben bisa ikut di setra bila tidak ada yang ngaben bisa di setra bajang jelasnya(dyu)

Baca Juga :   Pura Hindu Bali Terbesar Pertama di Eropa ada di Belanda dan Diresmikan Langsung Oleh Gubernur Bali