NUSA DUA, REPORTASEBALI- Industri perkapalan dari tiga negara di ASEAN diminta menjadi pelopor dalam mengedepankan green maritim atau lingkungan laut yang sehat mulai dari menjaga laut hingga menggunakan bioenergi baru dan terbarukan. Hal ini mengemuka dalam 60th Executive Committee Meeting & 49th Annual General Meeting (AGM) yang digelar Federation of ASEAN Shipowners’ Association (FASA), Rabu (6/4/2024). Hadir dalam pertemuan tersebut seluruh perwakilan dari ASEAN kecuali Myanmar. Sekjen FASA Michael Phoon saat sesie diskusi mengatakan, ada tiga negara di ASEAN yang menjadi pelopor dalam menjaga ekosistem laut. “Kenapa ketiga negara harus menjadi pelopor? Sebab ketiga negara tersebut adalah negara dengan industri perkapalan atau pelayaran terbesar dan paling maju. Bahkan jumlah kapalnya sangat banyak dibanding dengan negara lainnya di ASEAN,” ujarnya. Ketiga negara yang dimaksud adalah Indonesia, Malaysia dan Singapura. Ketika ketiga negara ini menjadi pelopor dan mengambil inisiatif maka negara lainnya akan mengikutinya.
Hal yang sama disampaikan Ketua Umum FASA Carmelita Hartoto. Menurut Carmelita, Indonesia sendiri sudah melakukan banyak hal terkait dengan green maritim. Salah satunya menggunakan bahan bakar dari bioenergi. “Ini mandatory. Semua wajib. Walau di awal-awal banyak mesin kapal yang rusak namun tidak masalah, demi sesuatu yang lebih besar di masa yang akan datang. Kami juga masih berharap subsidi pemerintah untuk hal ini agar semuanya bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.
Exco meeting dan AGM FASA merupakan agenda tahunan FASA. Kegiatan ini dihadiri oleh delegasi yang mewakili asosiasi pelayaran dari delapan negara ASEAN anggota FASA dan para pemilik kapal nasional. Pertemuan ini juga merupakan yang pertama kali sejak INSA terpilih sebagai Ketua Umum FASA periode 2024-2025.
Seperti diketahui, Ketua Umum Indonesia Nasional Shipowners Association (INSA) dipercaya menjadi Ketua Umum FASA periode 2024-2025. Keputusan ini dihasilkan pada Exco meeting di Brunei Darussalam pada November tahun lalu.
Ketua Umum FASA Carmelita Hartoto mengatakan, pertemuan ini membahas berbagai isu krusial menyangkut industri pelayaran regional dan global, seperti dekarbonisasi, green shipping dan Selat Malaka. Menurutnya, kini dunia berada dalam ketidakpastian yang tinggi saat ini. Sejumlah tantangan pelayaran, terutama karena perang Rusia VS Ukraina dan Israel VS Palestina, serta krisis Laut Merah telah memaksa operator kapal menempuh rute lebih jauh antara Asia dan Eropa. Rute kapal yang normal harus ditambah 8 hari perjalanan di tengah laut. Akibatnya, biaya semakin mahal, komoditas juga dijual semakin malah ke konsumen. Situasi ini telah menjadi perhatian serius para pelaku usaha pelayaran regional dan global.
Untuk itu, kata Carmelita, forum 60th Exco meeting dan 49th AGM FASA akan menjadi kesempatan berbagi informasi, sharing best practice, serta meningkatkan kerjasama antara pelayaran di ASEAN. “Forum ini akan menjadi wadah kami untuk sharing informasi untuk mencari solusi atas setiap tantangan dan persoalan pelayaran di ASEAN,” kata Carmelita yang juga Ketua Umum DPP INSA itu.
Carmelita mengatakan, forum ini juga menjadi wadah membahas masalah dan peluang bisnis pelayaran di ASEAN. Masalah yang timbul antara negara anggota FASA, seperti persoalan penahanan kapal (ship detention).
Adapun peluang bisnis dan peningkatan kerja sama pelayaran antara sesama anggota FASA di ASEAN itu menyangkut, dukungan dalam pembiayaan pengadaan kapal, asuransi kapal dan galangan kapal.
Di sisi lain, ucap Carmelita, forum ini juga akan memberikan manfaat bagi Indonesia dalam penguatan beyond cabotage. Menurutnya, sudah banyak perusahaan pelayaran nasional yang melayani rute internasional dengan berbagai macam komoditas yang diangkut. Diharapkan, kepemimpinan INSA di FASA dan peningkatan kerjasama antar anggota FASA akan memicu para eksportir nasional semakin banyak menggunakan jasa kapal nasional untuk kegiatan ekspornya.
Selain forum rapat, pertemuan FASA kali ini juga akan diisi dengan dinner seluruh delegasi negara anggota FASA. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan para peserta untuk berjejaring antar para pelaku usaha pelayaran di ASEAN.
Kedepannya, FASA juga memiliki sejumlah rencana pertemuan besar lainnya. Untuk semester pertama tahun ini, akan digelar Singapore Maritime Week dan ASA (Asian Shipwoners’ Association) AGM yang salah satu agendanya memilih FASA sebagai Ketua Umum ASA periode 2024-2025.
Carmelita menyampaikan kepemimpinan Indonesia di kancah regional akan menjadi kesempatan lebih mengenalkan industri maritim tanah air kepada para delegasi negara anggota ASEAN dan Asia, sekaligus meningkatkan peran Indonesia di sektor industri pelayaran regional. “Kepemimpinan di FASA dan kelak di ASA akan menjadi kesempatan Indonesia berkontribusi lebih besar bagi kemajuan industri pelayaran dan maritim di tingkat regional Asia,’ ujarnya.