TABANAN, REPORTASE BALI– Dalam semangat mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, tim dosen dari IKIP Saraswati Tabanan melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) bertajuk “Pemanfaatan Telajakan/Ruang Terbuka Hijau dan Tabulampot untuk Produksi Eco Enzyme: Perhitungan Biaya dan Strategi Pemasaran Melalui E-Commerce Menggunakan Pendekatan Matematika.” Program ini didanai dari hibah Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Tahun 2025 sebagai bagian dari pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi. Pelaksanaan kegiatan berlangsung di Balai Subak Sidang Rapuh, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan yang dikenal sebagai salah satu wilayah agraris dengan potensi pertanian pekarangan cukup tinggi. Lokasi ini dipilih karena karakteristik masyarakatnya yang masih memegang nilai-nilai tradisi pertanian, namun mulai menghadapi keterbatasan lahan dan tantangan modernisasi.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini berangkat dari keprihatinan terhadap menurunnya pemanfaatan telajakan, yakni area di sekitar pekarangan rumah yang sesungguhnya berpotensi menjadi sumber produksi pangan dan pendapatan keluarga. Banyak warga yang membiarkan telajakan kosong atau hanya berfungsi sebagai ruang hias, padahal dengan sedikit kreativitas dan pengetahuan, area tersebut dapat menjadi lahan produktif berkelanjutan.
Tim dosen dari berbagai program studi di lingkungan IKIP Saraswati, termasuk Pendidikan Matematika, Pendidikan Biologi, dan Dosen Teknologi Informasi dari Universitas Tabanan bergabung untuk membentuk kegiatan lintas disiplin. Tujuan utama kegiatan ini adalah memberdayakan petani Subak Sidang Rapuh agar mampu memanfaatkan ruang sempit (telajakan) secara produktif, mengajarkan teknik pembuatan tabulampot (tanaman buah dalam pot) dan produksi eco enzyme dari limbah organik rumah tangga,
melatih masyarakat dalam perhitungan biaya, keuntungan, dan efisiensi usaha menggunakan pendekatan matematika terapan, meningkatkan kemampuan digital masyarakat dalam memasarkan produk melalui platform e-commerce dan media sosial.
Pelatihan yang dilangsungkan mulai 22 September hingga 31 Oktober 2025 ini tidak hanya melibatkan dosen IKIP Saraswati, tetapi juga berkolaborasi dengan dosen Universitas Tabanan. Anggota tim terdiri dari Drs. I Made Sudiana, M.Si., dan I Made Agus Widiana Putra, S.Kom., M.Kom. Selain itu, dua mahasiswa IKIP Saraswati, Ni Putu Yunisa Ryani dan Ayu Cindrayuni, juga ikut serta.
Dalam kegiatan ini, peserta diajak memahami filosofi dasar bahwa menjaga lingkungan dapat berjalan seiring dengan peningkatan ekonomi keluarga. Pemanfaatan tabulampot (tanaman buah dalam pot) seperti jambu, mangga, dan delima menjadi simbol kemandirian pangan keluarga. Tanaman-tanaman ini tidak hanya mempercantik pekarangan, tetapi juga menjadi sumber buah yang dapat dijual.
Selain itu, tim dosen memperkenalkan konsep eco enzyme, cairan hasil fermentasi limbah organik rumah tangga seperti kulit buah, sayur, dan sisa bahan dapur. Eco enzyme memiliki beragam manfaat mulai dari pupuk cair, pestisida alami, hingga cairan pembersih ramah lingkungan. Produksi eco enzyme juga menjadi langkah nyata dalam mengurangi timbulan sampah organik rumah tangga yang biasanya terbuang percuma. “Kami ingin mengajak masyarakat untuk memandang limbah sebagai sumber daya, bukan masalah. Eco enzyme adalah contoh nyata bahwa keberlanjutan lingkungan bisa dimulai dari dapur rumah sendiri,” ujar Ni Wayan Dian Permana Dewi, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Pelaksana kegiatan.
Salah satu aspek unik dari kegiatan pengabdian ini adalah penerapan pendekatan matematika untuk membantu masyarakat dalam perencanaan dan evaluasi usaha kecil.
Dosen dari Program Studi Pendidikan Matematika memandu peserta menghitung biaya produksi tabulampot dan eco enzyme secara sistematis mulai dari biaya bahan baku, tenaga, wadah, hingga waktu fermentasi.
Masyarakat kemudian diajak mempelajari cara menentukan harga jual menggunakan konsep sederhana. Melalui simulasi praktis, peserta diajak berpikir matematis dalam mengambil keputusan ekonomi: bagaimana menentukan jumlah produksi optimal, kapan waktu yang tepat untuk panen, dan bagaimana menghitung keuntungan bersih.
Pendekatan ini membuktikan bahwa matematika bukan sekadar teori di ruang kelas, tetapi memiliki nilai praktis yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
“Banyak petani yang sebenarnya sudah menggunakan logika matematika tanpa sadar. Kami hanya membantu mereka menstrukturkan cara berpikir itu agar bisa digunakan lebih efektif dalam pengambilan keputusan ekonomi,” jelas Drs. I Made Sudiana, M.Si., anggota tim dosen.
Dalam era digital saat ini, pemasaran produk lokal tak lagi terbatas pada pasar tradisional. Tim dari Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi memperkenalkan peserta pada konsep e-commerce dengan pendekatan sederhana namun efektif. Peserta diajarkan cara membuat akun bisnis di media sosial, melakukan promosi produk melalui WhatsApp Business, Instagram, dan Shopee, serta membuat katalog digital dan foto produk yang menarik.
Pelatihan ini membuka wawasan baru bagi petani di Subak Sidang Rapuh, bahwa teknologi bisa menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas. Produk lokal seperti eco enzyme dan tabulampot kini dapat menjangkau pasar yang lebih luas tanpa meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal. “Kami ingin para petani di Desa juga bisa bersaing di era digital. E-commerce bukan hal yang jauh dari mereka cukup dengan ponsel dan koneksi internet, mereka sudah bisa memasarkan produk ke luar daerah,” ungkap I Made Agus Widiana Putra, S.Kom., M.Kom., anggota tim teknis.
Kegiatan ini tidak berhenti pada pelatihan teoritis. Tim dosen juga akan melakukan pendampingan langsung di lapangan, membantu peserta menyiapkan media tanam, melakukan fermentasi eco enzyme, serta menghitung biaya produksi secara nyata. Program pengabdian ini juga melibatkan mahasiswa sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Mahasiswa dilibatkan dalam dokumentasi, pendampingan peserta, hingga proses refleksi hasil kegiatan.
Pendekatan ini memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa tentang bagaimana ilmu yang mereka pelajari di kampus dapat diimplementasikan untuk membantu masyarakat khususnya petani Subak Sidang Rapuh. “Kami bangga bisa ikut serta. Ini bukan sekadar praktik lapangan, tetapi pengalaman hidup tentang bagaimana pendidikan, teknologi, dan nilai kemanusiaan bisa berjalan seiring,” ujar salah satu mahasiswa peserta.
Di akhir kegiatan, tim dosen IKIP Saraswati menyatakan komitmennya untuk menjadikan kegiatan ini sebagai program berkelanjutan. Tim berencana melakukan pendampingan lanjutan dengan fokus pada pengembangan produk turunan eco enzyme, seperti sabun alami dan pupuk cair organik siap jual. Selain itu, akan dikembangkan pula platform digital sederhana untuk memantau penjualan dan mencatat data produksi secara matematis.
“Kami ingin petani Subak Sidang Rapuh tidak hanya berhenti pada tahap pelatihan, tetapi mampu bertransformasi menjadi komunitas wirausaha hijau yang mandiri,” tutup Ni Wayan Dian Permana Dewi.
Kegiatan pengabdian ini tidak hanya memperkaya masyarakat dengan pengetahuan baru, tetapi juga menegaskan komitmen IKIP Saraswati dalam mengintegrasikan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat sebagai satu kesatuan yang bermakna. Melalui pemanfaatan telajakan, pembuatan eco enzyme, serta strategi pemasaran digital, kegiatan ini menjadi contoh nyata sinergi antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan kearifan lokal.




















