MANUSIA DIGITAL

0
263

MANUSIA DIGITAL

*Oleh: Gus Beng

Manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang diciptakan Tuhan mampu berpikir dengan baik, sangat berbeda dengan mahluk lain. Meminjam istilah Aristoteles, manusia disebut hewan yang berpikir, sehingga dia bisa bersikap dan bertindak bijak, didasari oleh pikiran dan akalnya.

Manusia dalam perjalanan peradaban panjang telah mengalami evolusi, baik evolusi fisik, maupun evolusi berpikir serta evolusi cara hidup. Evolusi itu terjadi disebabkan keinginan manusia untuk tetap hidup dan berkembang di tengah kondisi alam yang situasinya terus berubah, juga berbeda antara satu tempat dengan tempat lain.

Kondisi dan situasi alam lingkungan yang berbeda mengakibatkan perubahan fisik yang berbeda, cara hidup yang berbeda, serta tingkat keeratan hubungan sosial yang berbeda (Modal Sosial). Sehingga hari ini bisa kita lihat perbedaan fisik orang asia, orang eropa, orang arfika, orang melanesia, serta dengan yang lain. Bentuk fisik berbeda, cara hidup atau kebiasaan hidup berbeda, tradisinya pun berbeda, serta kohesi sosialnya berbeda pula.

Manusia, dalam evolusi peradabannya dimulai dengan tipe pengumpul makanan dan berburu. Kala itu belum mengenal bercocok tanam, sehingga kehidupannya berpindah-pindah (nomaden), dari satu tempat ke tempat lain, mencari sumber makanan. Jaman itu disebut sebagai Manusia Jaman Batu, atau manusia pra sejarah.

Seiring perjalanan hidupnya, manusia kemudian menemukan alat-alat bercocok tanam. Mulailah manusia menanam tumbuhan yang bisa menghasilkan makanan, seperti umbi-umbian, kacang-kacangan. Kehidupan nomaden mulai berkurang. Generasi manusia ini disebut Manusia Agraris.

Kemudian, di era 100 tahun sebelum Revolusi Prancis 1789, Thomas Savery seorang ilmuwan Inggris untuk pertama kalinya menemukan mesin uap dan langsung dipatenkan Tahun 1698 di Inggris. Kemudian dibuat lebih efisien oleh James Watt Tahun 1769 di Prancis. Jadi ini titik awal lahirnya *manusia modern*. Dengan penemuan ini, terjadi perubahan besar dalam peradaban manusia secara global, yang sebelumnya bercorak agraris menjadi bercorak manufaktur (mesin/pabrik).

Baca Juga :   Menyambut Hari Pelanggan Nasional 2020, XL Axiata Luncurkan Layanan Online XL Center

Cara hidup yang sebelumnya bercorak agraris berubah menjadi menggunakan mesin-mesin, mulai mesin cetak, mesin pembuat kain, dan lainnya. Peradaban merubah manusia dari Manusia Agraris menjadi Manusia Mesin (Manufaktur). Manusia menjadi semakin agresif, melakukan eksploitasi bumi saling berlomba, demi menghasilkan uang atau keuntungan sebanyak-banyaknya, hingga muncul istilah Dekolonisasi Ekonomi secara masif dan global.

Cara hidup Manusia Mesin mendapat sokongan semakin kuat dengan penggunaan uang kertas di seluruh belahan dunia mulai akhir Abad Ke-18 Masehi. Mereka sudah melakukan ekspansi ke negara lain, atau melewati batas negara. Orang Portugis (Portugal) membeli rempah-rempah ke Maluku dan sekitarnya, demikian juga orang Belanda, Spanyol, Inggris. Hingga terjadi penemuan-penemuan tanah daratan baru menurut versi bangsa-bangsa itu. Apakah manusia sudah puas?

Manusia sejatinya hewan yang berpikir, sehingga manusia tidak pernah puas. Peradaban terus bergerak, kompetisi Glory Gospel Gold (3G) antar bangsa terus terpacu. Penemuan komputer pada Abad Ke-19 oleh Charles Babagge seorang Matematikawan Inggris menjadi salah satu pemantik penggunaan alat-alat atau saran hidup yang lebih canggih. Data-data diolah dengan komputer, manusia menemukan telpon genggam. Telpon genggam mengalami perkembangan atau kemajuan yang sangat cepat, hingga ditemukan Tepon Pintar (Smart Phone), hingga dunia menjadi dalam genggaman manusia.

Penggunaan telpon pintar dengan bermacam aplikasi, aplikasi belanja onlie, aplikasi pembayaran untuk beragam kebutuhan. Aplikasi bepergian/traveling benar-benar semakin memudahkan cara hidup manusia. Semuanya semakin canggih, semua serba klik, tekan tombol semua urusan atau kebutuhan selesai.

Inilah fase atau dekade baru sebagaimana pandangan Ralp Epperson (2012) dalam bukunya The New World Order, tipe manusia telah berubah dari manusia mesin (manufaktur) menjadi manusia digital. Bahwa peradaban telah digiring menuju Era Digital, di dalamnya hidup manusia-manusia digital. Siapa yang paling diuntungkan ketika semua manusia melakukan klik bayar? Epperson menyampaikan bahwa diduga ada konspirasi zionis, framation dan ilumination di belakangnya.

Baca Juga :   23 Perbekel Terpilih di Kota Denpasar Dilantik

Jika benar, itu fenomena mengerikan, apalagi jika setiap manusia dibarcode, sebenarnya sudah tidak bebas, tidak merdeka lagi. Karena jika barcode-nya dimainkan kapan saja, maka apa pun bisa terjadi, sesuai keinginan pengendali barcode-nya. Mungkin ini satu sisi paling berbahaya dampak dari era digital, sekali lagi bahwa manusia digital sangat rentan kehilangan kemerdekaan dan kebebasannya.

Manusia dekade ini yang telah bertrasformasi menjadi manusia digital, akhirnya perlu menjaga eksistensi pribadinya, kebebasan dan kemerdekaannya. Tanpa rasa takut akan dimainkan barcode atau chip-nya. Sehingga pemikiran untuk mensterilkan beberapa kawasan, steril tanpa jaringan internet sangat perlu dipikirkan ke depan. Minimal langkah mengisolir dua atau tiga desa setiap daerah sangat perlu dikaji, hal itu bertujuan untuk mengatisipasti tindakan-tindakan yang bisa merugikan manusia dan peradabannya.

*Penulis adalah akademisi dan pengamat sosial politik