DENPASAR, REPORTASE BALI-Tokoh Pers dan Penulis Besar Indonesia Dahlan Iskan (DI) tampil memukau sebagai narasumber dalam acara “Ngeraos Bareng Media” Capacity Bulding Bank Indonesia Provinsi Bali, Kamis (12/9/2024). Di hadapan puluhan wartawan dari berbeda media baik cetak maupun online di Bali tersebut, DI tampil nyentrik, kritis dan sekaligus inspiratif. Ada banyak point yang bisa dipetik dari materi yang dibawakan Menteri BUMN era SBY tersebut. Selama kurang lebih dua jam, DI menguliti wartawan sampai ke akar-akarnya.
Ia juga meminta agar para jurnalis segera berpikir untuk berhenti menjadi wartawan. Atau harus memiliki target apakah cukup 10 tahun atau 15 tahun jadi wartawan. Sebab wartawan itu selalu menggunakan hati. Diajak jadi pengusaha gagal, karena sebuah usaha jangan terlalu menggunakan hati. Nanti banyak rugi. Disuruh jadi Caleg atau terjun ke politik banyak yang gagal karena selalu pake hati. “Makanya di Jawa Pos Grup dulu, kita mewajibkan wartawan yang sudah bekerja di atas 10 tahun kita minta dia kuliah untuk ambil jenjang S2 dengan biaya sendiri supaya dia kuliah serius. Sebab, usai jadi wartawan maka yang paling cocok adalah menjadi guru atau dosen. Jadi mulai pikirkan untuk berhenti jadi wartawan,” ujarnya.
Bila seorang wartawan memutuskan untuk tetap menjadi wartawan selamanya, maka sebaiknya dia harus menjadi pemilik media. Ia memberikan alasan, perubahan era digital ini terlampau jauh untuk diikuti orang yang sudah bekerja di atas 20 tahun menjadi wartawan. “Tapi pilih mana jadi wartawan online milik sendiri atau jadi wartawan di media online orang lain,” kata Dahlan Iskan. Pilihan itu menurutnya, tetap punya konsekuensi. Dia mengatakan, saat ini banyak media besar runtuh, sedangkan untuk bernaung menjadi wartawan di media besar juga tidak bisa diharapkan. Sementara, media online belum menjanjikan penghasilan yang baik. Ia memberikan contoh, di masa kejayaan media mainstream, sebut Dahlan, penghasilan Jawa Pos, Rp 100 miliar per bulan. Tapi, sekarang tidak begitu lagi. Dengan perubahan yang terjadi, di mana media online tumbuh subur dan menjamur akan terjadi pemerataan. Pilihan itu menurutnya yang terlihat terjadi di zaman ini. Era digital memberikan peluang kepada wartawan untuk menjadi enterpreuner. Dahlan Iskan sendiri selalu menekankan, wartawan di bawah naungan perusahan media yang dia kelola selalu didorong untuk menjadi wirausahawan.