REPORTASEBALI.COM – Konsep revitalisasi TPA Sarbagita Suwung bukan hanya penataan agar lebih nyaman untuk warga dan ramah lingkungan. Tapi juga untuk mengatasi peningkatan volume sampah di Bali hingga tahun 2020 dengan metode Waste to Energy (WTE)
Kepala Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Satker PSPLP) Ida Bagus Lanang aja Suardana menjelaskan, persoalan sampah linier dengan pertumbuhan penduduk. Sampai ambang 2019, pengelolaan sampah di Bali perlu dikembangkan ke sistem WTE.
“Sampah tidak ditimbun lagi tapi dibakar menggunakan insinerator. Revitalisasi TPA Suwung sudah mengarah ke konsep WTE,” jelas Ida Bagus Lanang Suardana, Jumat, 26 Januari 2018.
Pekerjaan penataan TPA Suwung mencakup 32,4 hektar lahan yang akan dioptimalkan sebagai tempat pembuangan akhir sekaligus penghijauan.
22,4 hektar bakal ditata sebagai kawasan wisata kota dengan dibangun lintasan jogging track dan penghijauan. Sedangkan 5 hektar akan difungsikan sebagai sanitary landfield. 5 hektar sisanya merupakan lahan kosong yang disiapkan untuk pengembangan metode WTE.
“Mau tidak mau WTE harus diterapkan di Bali, karena tidak ada pilihan lain. Sementara, lahan di Denpasar ini sudah semakin menyempit,” jelas Lanang Suardana.
Waste to Energy merupakan konsep energi terbarukan, yang sekaligus akan mengatasi krisis energi dan sampah.
Proyek Revitalisasi TPA Sarbagita Suwung dikerjakan secara tahun jamak hingga 2019. Penataan gunung sampah itu sebagai persiapan akan digelarnya event tahunan pertemuan International Monetery Fund-World Bank (IMF-WB) di Bali pada Oktober mendatang. (Day)