REPORTASEBALI.COM – 140 orang bergabung dalam tim hukum dan advokat Wayan Koster-Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati. Tim advokasi itu diketuai Gede Indria, Sekretaris dijabat oleh Ni Made Sumiati dan bendahara I Ketut Bakuh.
Sedangkan, I Wayan Sudirta, Suryatin Lijaya dan Robert Khuana sebagai penasehat tim.
“Masih banyak yang meminta untuk bergabung dengan tim hukum untuk mengawal Wayan Koster-Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati,” jelas Gede Indria di Kantor DPD PDIP Bali, Jumat, 20 April 2018.
Tim hukum dan advokasi itu terdiri dari berbagai lintas profesi seperti, mantan hakim, mantan jaksa maupun mantan polisi.
“Mari kita bekerja untuk Bali, mari kita sumbangkan gagssan kita untuk membangun Bali,” kata Indria.
Sementara, I Wayan Koster mengungkapkan harapannya agar Pilkada serentak 27 Juni 2018 berjalan nyaman, aman, damai, sukses serta bermartabat.
Ia meminta kepada tim hukum yang dilantiknya untuk memberikan arahan dan pencerahan aturan hukum dalam masa kampanye Pilgub Bali agar berjalan sesuai koridor yang telah ditentukan.
“Beri kami arahan, pencerahan, supaya kami tidak melanggar aturan, rule-nya benar. Kami sedang menjadi sorotan dalam beberapa aspek,” jelas Koster.
Dalam dinamika Pilkada, kata Koster, kontestan pasti ingin lebih unggul dan menjadi pemenang. Berbagai cara bisa saja dilakukan, bahkan cara kotor dan tak beretika pun bisa ditempuh.
“Kami sendiri ingin mengedepankan cara-cara yang santun, simpatik dan memberikan pendidikan politik kepada masyarakat secara sehat yang berimbas pada peningkatan kualitas demokrasi kita,” harap Koster.
Ia menegaskan kepada tim hukum, struktur partai dan relawan agar menghindari upaya memfitnah kandidat lain, menyerang dan membunuh karakter orang.
“Apalagi dengan memanfaatkan media sosial secara tidak bertanggungjawab,” tegas dia.
Koster mengakui jika sejak lama ia terus menjadi sorotan dari pihak lain, utamanya di media sosial. Ia pribadi, tak ingin latah melakukan cara-cara yang sama.
Hanya saja, jika serangan yang diarahkan kepadanya kebablasan, membunuh karakter pribadinya dan Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati dan keluarga, tentu hal itu tak bisa dibiarkan begitu saja.
Pada titik itu, kata Koster, tim hukum harus mengambil sikap dan bertindak.
“Tindakan itu untuk memberikan perlindungan kepada kami, bukan untuk menyerang pihak lain. Jadi tujuannya positif, agar pilkada ini berjalan sesuai relnya dan menghindari masalah hukum yang kemungkinan timbul,” ucap dia.
Tak hanya selama Pilkada saja, usai terpilih sebagai Gubernur Bali pada 27 Juni 2018 ia juga meminta tim hukum tetap mengawalnya dalam membangun Bali ke depan.
“Ke depan setelah menang terus kawal saya dalam proses membangun Bali. Menjalankan kebijakan ini harus transparan, akuntabel, termasuk harus benar koridor hukumnya. Saya minta dikawal dengan baik agar pembangunan Bali berjalan sesuai aturan,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati yang berharap kemenangan yang akan diraih pada Pilgub Bali tak tercoreng oleh aksi tak terpuji.
“Kami ingin kemenangan bisa dicapai dengan cara terhormat dan beradab,” ujar Cok Ace. (*)