REPORTASEBALI.COM – Ketika menyambangi STIKOM Bali, Menristek Dikti, Mohammad Nasir mengatakan, koneksi realtime nantinya menjadi keniscayaan dengan adanya Cyber Physical System (CPS).
Kesiapan yang sudah dilakukan STIKOM Bali menuju Revolusi Industri Keempat terlihat dengan besutan aplikasi startup yang digarap oleh mahasiswa setempat.
Dalam penerapannya sekarang, di Indonesia sudah ada 51 Perguruan Tinggi yang melakukan perkuliahan secara online. Pun demikian dengan industri yang akan berubah secara online.
“Toko fisik kedepan akan ditinggalkan, dan seperti kita lihat, mahasiswa disini sudah membuat dan mengawali bisnis startup,” jelas Mohammad Nasir di Kampus STIKOM Bali, Jumat, 2 Februari 2018.
Terkait dengan kompetisi global yang mengarah kepada Universitas asing yang bakal membuka kelas di Indonesia, Mohammad Nasir menyatakan bakal menyaring hanya untuk perguruan tinggi yang berkualitas.
Sampai saat ini, perwakilan dari negara Inggris dan Australia sudah menyatakan akan membuka kuliah di Indonesia.
“Perguruan Tinggi asing yang boleh masuk hanya yang punya reputasi dan bukan ecek-ecek. Jangan masukkan sampah ke Indonesia, tapi masukkan emas ke Indonesia,” jelasnya.
Sementara, Ketua STIKOM Bali, Dadang Hermawan mengatakan, menyambut Revolusi Industri Keempat, STIKOM Bali telah menyiapkan tenaga dosen. Kemampuan dosen juga didukung fasilitas yang dibutuhkan untuk menghadapi R4.
Sejak 2008, kampus IT terbesar di NTB dan Bali ini sudah membuka kelas internasional untuk program dual degree bekerjasama dengan Help University, Kuala Lumpur, Malaysia.
“Saat ini ada 150 mahasiswa kelas internasional dari total 6.000 mahasiswa,” jelas Dadang Hermawan.
Prestasi enterpreuner juga terlihat dari alumnus kelas internasional yakni, R. Frianto Moerdowo, Gus Indra Divanatha dan Kadek Agus Yusida. Ketiganya pemilik startup Jarvis Store yang diundang ke markas Google di Mountain Views, Santa Clara Country, California, Amerika Serikat. (day)